Air mata ayah

Adakala bila bosan mengetuk diri, ku teringat arwah ayah yang selalu menemani bila aku perlu teman, upahnya hanya teh tarik dan roti canai, juga lawak jenaka yg membunuh sepi hati seorang tua.

Ayah yang senyum nya sering dibibir walau keringat membasah tubuh. Rasa bangga digendung ayah, tinggi, gagah....ayah lah wiraku. Ayah mampu mengubah segalanya... ayah super heroku. Tak pernah ku lihat ayah mengalah atau mengeloh, mungkin ayah sembunyikan resahnya, mungkin ayah sembunyikan gundahnya siapa lihat air mata seorang ayah??

Tapi... bila tua mengetuk usia, ayah ku lihat lemah seiring waktu, membuang pandangan lewat jendela rumah, lewat tingkap keretaku. Bahagiakah ayah menumpang keretaku ? wajah tuanya masih tak mampu menutup pilu, sesekali ada air mata di hujung mata yg tak pernah ku lihat dulu. Aku tahu ayah rindu gurau anaknya, yg comel  dan gebu, wajah yang didamba bila pulang kerja, dgn tangan penuh jajan.
Dia bukan mahu satu, bukan juga dua.. dia rindu semua anaknya.

Anaknya sibuk di kota besar, anaknya orang penting, anaknya kini isteri orang, anaknya kini suami, anaknya kini... sudah meletak jawatan dari menjadi anak seorang ayah. Sedang AYAH TUA masih sanggup memegang jawatan hingga kehujung usia. Dia ingin dipeluk, dia ingin dikucup ,dia ingin disapa, bukan wang yang dipinta walau memang ia amat perlu, untuk beli ubat, untuk beli surat khabar, untuk beli roti dan untuk hadiah dan jajan cucu yg ditunggu.

Sesekali mata redupnya tunduk memandang bumi, aku tahu... air matanya jatuh lagi.